Selasa, 19 Januari 2016

PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT DI RUMAH SAKIT



NAMA       : SAROH KUSWANTI
NIM            : 2014-31-285
TUGAS      : ONLINE 6 (PERTEMUAN 14)
SEKSI        : 11
MANAJEMEN PELAYANAN RS

PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT DI RUMAH SAKIT
A.    Pengertian Instalasi Gawat Darurat
Menurut Azrul (1997) yang dimaksud gawat darurat (emergency care) adalah bagian dari pelayanan kedokteran yang dibutuhkan oleh penderita dalam waktu segera untuk menyelamatkan kehidupannya (life saving).
Instalasi gawat darurat adalah salah satu sumber utama pelayanan kesehatan di rumah sakit. Ada beberapa hal yang membuat situasi di IGD menjadi khas, diantaranya adalah pasien yang perlu penanganan cepat walaupun riwayat kesehatannya belum jelas.
Maksud dari pelayanan rawat darurat adalah bagian dari pelayanan kedokteran yang dibutuhkan oleh penderita dalam waktu segera untuk menyelamatkan kehidupannya. Unit kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan rawat darurat disebut dengan nama Instalasi Gawat Darurat (IGD). Tergantung dari kemampuan yang dimiliki, keberadaan IGD dapat beraneka macam. Namun yang lazim ditemukan adalah yang tergabung dalam rumah sakit.
Meskipun telah majunya sistem rumah sakit yang dianut oleh suatu negara bukan berarti tiap rumah sakit memiliki kemampuan mengelola IGD sendiri. Penyebab utama kesulitan untuk mengelola IGD adalah karena IGD merupakan salah satu dari unit kesehatan yang paling padat modal, padat karya, serta padat teknologi.
IRD yaitu suatu tempat / unit pelayanan dirumah sakit yang memiliki tim kerja dengan kemampuan khusus dan peralatan yang memebrikan pelayanan pasien gawat darurat yang terorganisir.
Instalasi pelayanan pertama bagi pasien yang datang ke rumah sakit terutama dalam hal kedaruratan berdasrkan kriteria standart baku.

B.     Kegiatan IGD
Instalasi Gawat Darurat yang merupakan suatu bentuk penanganan kegawatdaruratan memiliki berbagai macam kegiatan. Menurut Flynn (1962) dalam Azrul (1997) kegiatan IGD secara umum dapat dibedakan sebagai berikut:
a.     Menyelenggarakan pelayanan gawat darurat.
Kegiatan utama yang menjadi tanggung jawab IGD adalah menyelenggarakan pelayanan gawat darurat. Sayangnya jenis pelayanan kedokteran yang bersifat khas seing disalah gunakan. Pelayanan gawat darurat yang sebenarnya bertujuan untuk menyelamatkan kehidupan penderita (live saving), sering dimanfaatkan hanya untuk memperoleh pelayanan pertolongan pertama (first aid) dan bahkan pelayanan rawat jalan (ambulatory care)
b.    Menyelenggarakan pelayanan penyaringan untuk kasus-kasus yang membutuhkan pelayanan rawat inap intensif.
Kegiatan kedua yang menjadi tanggung jawab UGD adalah menyelenggarakan pelayanan penyaringan untuk kasus-kasus yang membutuhkan pelayanan intensif. Pada dasarnya pelayanan ini merupakan lanjutan dari pelayanan gawat darurat, yakni dengan merujuk kasus-kasus gawat darurat yang dinilai berat untuk memperoleh pelayanan rawat inap intensif.
c.     Menyelenggarakan pelayanan informasi medis darurat.
Kegiatan ketiga yang menjadi tanggung jawab UGD adalah menyelenggarakan informasi medis darurat dalam bentuk menampung serta menjawab semua pertanyaan anggota masyarakat yang ada hubungannya dengan keadaan medis darurat (emergency medical questions).
C.    Disiplin Pelayanan
            Disiplin pelayanan adalah suatu aturan yang berkaitan dengan cara memilih anggota antrian yang akan dilayani lebih dahulu. Disiplin yang biasa digunakan adalah (Subagyo, 1993) :
1. FCFS                    : First Come-First Served (pertama masuk, pertama dilayani)
2. LCFS                   : Last Come-First Served (terakhir masuk, pertama dilayani)
3. SIRO                    : Service In Random Order (pelayanan dengan urutan acak)
4. Emergency First : Kondisi berbahaya yang didahulukan.
Dalam hal kegawatdaruratan pasien yang datang ke IRD akan dilayani sesuai urutan prioritas yang ditunjukan dengan labelisasi warna ,yaitu :
  1. Biru     : Gawat darurat,resusitasi segera yaitu Untuk penderita sangat gawat/ ancaman nyawa.
  2. Merah  : Gawat darurat,harus MRS yaitu untuk penderita gawat darurat (kondisi stabil / tidak membahayakan nyawa )
  3. Kuning : Gawat darurat ,bisa MRS /Rawat jalan yaitu Untuk penderita darurat, tetapi tidak gawat
  4. Hijau   : Gawat tidak darurat,dengan penanganan bisa rawat jalan yaitu Untuk bukan penderita gawat.
  5. Hitam : Meninggal dunia
Prioritas dari warna
1. Biru
a)    Henti jantung yang kritis
b)   Henti nafas yang kritis
c)    Trauma kepala yang kritis
d)   Perdarahan yang kritis
2.    Merah
a)    Sumbatan jalan nafas atau distress nafas
b)   Luka tusuk
c)    Penurunan tekanan darah
d)   Perdarahan pembuluh nadi
e)    Problem kejiwaan
f)     Luka bakar derajat II >25 %   tidak mengenai dada dan muka
g)   Diare dengan dehidrasi
h)   Patah tulang
3.    Kuning
a)    Lecet luas
b)   Diare non dehidrasi
c)    Luka bakar derajat I  dan  derajat  II   > 20 %
4.    Hijau
a)    Gegar otak ringan
b)   Luka bakar derajat I

Gawat      : Suatu keadaan yang mengancam nyawa pasien
Darurat     : Suatu keadaan yang segera memerlukan pertolongan
Saat tiba di IRD pasien biasanya menjalani pemilahan terlebih dahulu anamnesis untuk membantu menentukan sifat dan keparahan penyakitnya. Penderita yang kena penyakit serius biasanya lebih sering mendapat visite lebih sering oleh dokter daripada mereka yang penyakitnya tidak begitu parah . Setelah penaksiran dan penanganan awal pasien bisa dirujuk ke Rumah sakit distabilkan dan dipindahkan ke rumah sakit lain karena berbagai alasan atau dikeluarkan
Kebanyakan IRD buka 24 jam ,meski pada malam hari jumlah staf yang ada akan lebih sedikt.
D.    Tujuan IRD
1.    Mencegah kematian dan kecacatan pada penderita gawat darurat
2.    Menerima rujukan pasien atau mengirim pasien
3.    Melakukan penanggulangan korban musibah masal dan bencana yang terjadi dalam maupun
       diluar rumah sakit
4.    Suatu IRD harus mampu memberikan pelayanan dengan kualitas tinggi pada masyarakat
       dengan problem medis akut
E.     Kriteria IRD
1.    IRD harus buka 24 jam
2.    IRD juga harus memiliki penderita – penderita false emergency (korban yang memerlukan  
       tindakan medis tetapi tidak segera),tetapi tidak boleh memggangu / mengurangi mutu  
       pelayanan penderita- penderita gawat darurat.
3.    IRD sebaiknya hanya melakukan primary care sedangkan definitive care dilakukan ditempat
       lain dengan cara kerjasama yang baik
4.    IRD harus meningkatkan mutu personalia maupun masyarakat sekitarnya dalam
       penanggulangan penderita gawat darurat (PPGD)
5.    IRD harus melakukan riset guna meningkatkan mutu / kualitas pelayanan kesehatan
       masyarakat sekitarnya.
F.     Kemampuan minimal petugas IRD
            Menurut Depkes 1990
1.    Membuka dan membebaskan jalan nafas (Airway)
2.    Memberikan ventilasi pulmoner dan oksigenasi (Breathing)
3.    Memberikan sirkulasi artificial dengan jalan massage jantung luar (Circulation)
4.    Menghentikan perdarahan,balut bidai,transportasi,pengenalan dan penanggulangan obat
       resusitas,membuat dan membaca rekaman EKG
G.     Kemampuan tenaga perawat IRD
Sesuai dengan pedoman kerja perawat,Depkes 1999
1.    Mampu mengenal klasifikasi dan labelisasi pasien
2.    Mampu mengatasi pasien : syok, gawat nafas,gagal jantung,kejang,koma,perdarahan,kolik,
       status asthmatikus,nyeri hebat daerah panggul dan kasus ortopedi.
3.    Mampu melaksanakan pencatatan dan pelaporan Askep
4.    Mampu berkomunikasi :intern dan ekstern
H.    Sarana dan prasarana fisik ruangan yang diperlukan di IRD
                   Ketentuan umum fisik bangunan :
1.    Harus mudah dijangkau oleh masyarakat
2.    Harus mempunyai pintu masuk dan keluar yang berbeda (Alur masuk kendaraan /pasien
       tidak sama dengan alur keluar)
3.    Harus memiliki ruang dekontaminasi (dengan fasilitas shawer) yang terletak antara ruang
      “triage “(ruang penerimaan pasien) dengan ruang tindakan
4.    Ambulans / kendaraan yang membawa pasien harus dapat sampai di depan pintu
5.    Ruang triage harus dapat memuat minimal 2 brankar

I.       Prinsip penanggulangan penderita gawat darurat
Kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau kegagalan dan salah satu sistem / organ seperti :
1.    Susunan saraf pusat
2.    Pernafasan
3.    Kardiovaskuler
4.    Hati
5.    Ginjal
6.    Pancreas
Kegagalan (kerusakan) sistem/ organ tersebut dapat disebabkan oleh :
1.    Trauma / cedera
2.    Infeksi
3.    Keracunan (polsoning)
4.    Degenerasi (kailure)
5.    Asfiksi
6.    Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar (excessive loss of water and electrolie)
Kegagalan sistem saraf pusat,kardiovaskuler,pernafasan dan kehilangan hipoglikemia dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat (4-6 menit). Sedangkan kegagaln sistem / organ yang lain dapat menyebabkan kematian dalam waktu yang lebih lama. Drngan demikian keberhasilan Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD) dalam mencegah kematian dan cacat ditentukan oleh :
1.    Kecacatan menemukan penderita gawat darurat
2.    Kecepatan meminta pertolongan
3.    Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan :
a)    Ditempat kejadian
b)   Dalam perjalanan kerumah sakit
c)    Pertolongan selanjutnya secara mantap di Puskesmas / Rumah Sakit

  II.     TRIAGE
Mempunyai arti menyortir atau memilih. Dirancang untuk menempatkan pasien yang tepat diwaktu yang tepat dengan pemberi pelayanan  yang tepat. Triage merupakan suatu proses khusus memilah pasien berdasar beratnya cedera atau penyakit dan menentukan jenis perawatan gawat darurat serta transportasi. Dan merupakan proses yang berkesinambungan sepanjang pengelolaan.
Dalam Triage tidak ada standard nasional baku, namun ada 2 sistem yang dikenal, yaitu:
1. METTAG (Triage tagging system).
Sistim METTAG merupakan suatu pendekatan untuk memprioritisasikan tindakan.
 Prioritas Nol (Hitam) :
1.    Mati atau jelas cedera fatal.
2.    Tidak mungkin diresusitasi.
 Prioritas Pertama (Merah) :
          Cedera berat yang perlukan tindakan dan transport segera.
1. gagal nafas,
2. cedera torako-abdominal,
3. cedera kepala / maksilo-fasial berat,
4. shok atau perdarahan berat,
5. luka bakar berat.
 Prioritas Kedua (Kuning) :
          Cedera yang dipastikan tidak akan mengalami ancaman jiwa dalam waktu dekat :
1. cedera abdomen tanpa shok,
2. cedera dada tanpa gangguan respirasi,
3. fraktura mayor tanpa shok,
4. cedera kepala / tulang belakang leher,
5. luka bakar ringan.
 Prioritas Ketiga (Hijau) :
          Cedera minor yang tidak membutuhkan stabilisasi segera :
1. cedera jaringan lunak,
2. fraktura dan dislokasi ekstremitas,
3. cedera maksilo-fasial tanpa gangguan jalan nafas,
4. gawat darurat psikologis.
Sistim METTAG atau pengkodean dengan warna system tagging yang sejenis, bisa digunakan sebagai bagian dari Penuntun Lapangan START.
2. Sistim triase Penuntun Lapangan  START (Simple Triage And Rapid Transportation).
Penuntun Lapangan START memungkinkan penolong secara cepat mengidentifikasikan korban yang dengan risiko besar akan kematian segera atau apakah tidak memerlukan transport segera.
Penuntun Lapangan START dimulai dengan penilaian pasien 60 detik, meliputi pengamatan terhadap ventilasi, perfusi, dan status mental. Hal ini untuk memastikan kelompok korban :
     a. perlu transport segera / tidak,      
     b. tidak mungkin diselamatkan,
     c. mati.
A.    Sistem triase
Non Bencana : Memberikan pelayanan terbaik pada pasien secara individu.
Bencana / Korban Berganda : Memberikan pelayanan paling efektif untuk sebanyak mungkin pasien
B.     Objektif primer di ird
 1. Pengenalan tepat yang butuh pelayanan segera
 2. Menentukan area yang layak untuk tindakan
 3. Menjamin kelancaran pelayanan dan mencegah hambatan yang tidak perlu
 4. Menilai dan menilai ulang pasien baru / pasien yang menunggu
 5. Beri informasi /rujukan pada pasien / keluarga
 6. Redam kecemasan pasien / keluarga; humas.
C.    Aturan primer petugas
 1.  Skrining pasien secara cepat.
 2.  Penilaian terfokus.
D.    Sasaran primer dan sekunder triase
 1.  Primer :  Mengenal kondisi yang mengancam jiwa.
 2.  Sekunder : Memberi prioritas pasien sesuai kegawatannya.
E.     Prinsip umum triase
 1. Perkenalkan diri anda dan jelaskan apa yang akan anda lakukan.
 2. Pertahankan rasa percaya diri pasien.
 3. Coba untuk mengamati semua pasien yang datang, bahkan saat mewawancara pasien.
 4. Pertahankan arus informasi petugas triase dengan area tunggu & area tindakan. Komunikasi
     lancar sangat perlu. Bila ada waktu adakan penyuluhan.
5. Pahami sistem IRD dan keterbatasan anda. Ingat objektif primer aturan triase. Gunakan
    sumber daya untuk mempertahankan standar pelayanan memadai.
F.      Pahami juga :
 1.  Struktur pembagian ruangan dengan perangkat  yang sesuai.
 2.  Pemeriksaan fisik singkat dan terfokus.
 3. Waspada atas pasien dengan ancaman jiwa atau serius potensial terancam hidup atau
     anggota badannya harus didahulukan dalam penilaian hingga dapat segera ditindak.
 Prinsip dari triage :
        a.   Triase harus cepat dan tepat
                           Kemampuan untuk merespon secara cepat, terhadap keadaan yang menganca nyawa merupakan suatu yang sangan penting pada bagian kegawatdaruratan
        b.  Pemeriksaan harus adekuat dan akurat
                            Akurasi keyakinan dan ketangkasan merupakan suatu element penting pada proses pengkajian
        c.          Keputusan yang diambil berdasarkan pemeriksaan
                            Keamanan dan keefektifan perawatan pasien hanya dapat direncanakan jika ada informasi yang adekuat dan data yang akurat
      d.         Memberikan intervensi berdasarkan keakutan kondisi
                            Tanggungjawab utama dari perawat triase adalah untuk mengkaji dan memeriksa secara akurat pasien, dan memberikan perawatan yang sesuai pada pasien, termasuk intervensi terapiutik, prosedur diagnostic, dan pemeriksaan pada tempat yang tepat untuk perawatan
        e.          Kepuasan pasien tercapai
Perawat triase harus melaksanakan prinsip diatas untuk mencapai kepuasan pasien
Perawat triase menghindari penundaan perawatan yang mungkin akan membahayakan
   kesehatan pasien atau pasien yang sedang kritis
Perawat triase menyampaikan support kepada pasien, keluarga pasien, atau teman
(Department Emergency Hospital Singapore, 2009)

Prinsip umum lain dalam asuhan keperawatan yang di berikan oleh perawat di ruang gawat darurat antara lain :
a)      Penjaminan keamanan diri perawatan dan klien terjaga, perawat harus menerapkan prinsip universal precaution, mencegah penyebaran infeksi dan memberikan asuhan yang nyaman untuk klien
b)      Cepat dan tepat dalam melakukan triage, menetapkan diagnose keperawatan, tindakan keperawatan dan evaluasi yang berkelanjutan
c)      Tindakan keperawatan meliputi resusitasi dan stabilisasi diberikan untuk mengatasi masalah biologi dan psikologi klien
d)     Penjelasan dan pendidikan kesehatan untuk klin dan keluarga diberikan untuk menurunkan kecemasan dan meningkatkan kerjasama perawat dan klien
e)      System monitoring kondisi klien harus dapat dijalankan
f)       Sisten dokumentasi yang dipai dapat digunakan secara mudah, cepat dan tepat
g)      Penjaminan tindakan keperawatan secara etik dan legal keperawatan perlu dijaga.
            Tipe Triage :
Ada beberapa Tipe triage, yaitu :
a.      Daily triage
Daily triage adalah triage yang selalu dilakukan sebagai dasar pada system kegawat daruratan. Triage yang terdapat pada setiap rumah bsakit berbeda-beda, tapi secara umum ditujukan untuk mengenal, mengelompokan pasien menurut yang memiliki tingkat keakutan dengan tujuan untuk memberikan evaluasi dini dan perawatan yang tepat. Perawatan yang paling intensif dberikan pada pasien dengan sakit yang serius meskipun bila pasien itu berprognosis buruk.
b.      Mass Casualty incident
Merupakan triage yang terdapat ketika sestem kegawatdaruratan di suatu tempat bencana menangani banyak pasien tapi belum mencapai tingat ke kelebihan kapasitas. Perawatan yang lebih intensif diberikan pada korban bencana yang kritis. Kasus minimal bisa di tunda terlebih dahulu.
c.       Disaster Triage
Ada ketika system emergensi local tidak dapat memberikan perawatan intensif sesegera mungkin ketika korban bencana sangat membutuhkan. Filosofi perawatan berubah dari memberikan perawatan intensif pada korban yang sakit menjadi memberikan perawatan terbaik untuk jumlah yang terbesar. Fokusnya pada identifikasi korban yang terluka yang memiliki kesempatan untuk bertahan hidup lebih besar dengan intervensi medis yang cepat. Pada disaster triage dilakukan identifikasi korban yang mengalami luka ringan dan ditunda terlebih dahulun tanpa muncul resko dan yang mengalami luka berat dan tidak dapat bertahan. Prioritasnya ditekankan pada transportasi korban dan perawatan berdasarkan level luka.
d.      Military Triage
Sama dengan  tiage lainnya tapi berorientasi pada tujuan misi disbanding dengan aturan medis biasanya. Prinsip triage ini tetap mengutamakan pendekatan yang paling baik karena jika gagal untuk mencapai tujuan misi akan mengakibatkan efek buruk pada kesehatan dan kesejahteraan populasi yang lebih besar.
e.       Special Condition triage
Digunakan ketika terdapat faktor lain pada populasi atau korban. Contohnya kejadian yang berhubungan dengan senjara pemusnah masal  dengan radiasi, kontaminasi biologis dan kimia. Dekontaminasi dan perlengkapan pelindung sangat dibutuhkan oleh tenaga medis. (Oman, Kathleen S., 2008;2)

Klasifikasi dan penentuan prioritas pasien
PEMBAHASAN :
Ada banyak klasifikasi triage yang digunakan, adapun beberapa klasifikasi umum yang  dipakai :
                  a)   Three Categories Triage System
Ini merupakan bentuk asli dari system triase, pasien dikelompokkan menjadi :
Prioritas utama
Prioritas kedua
Prioritas rendah
Tipe klasifikasi ini sangat umum dan biasanya terjadi kurangnya spesifitas dan subjektifitas dalam pengelompokan dalam setiap grup

                  b)    Four Categories Triage System
                          Terdiri dari :
Prioritas paling utama (sesegera mungkin, kelas 1, parah dan harus sesegera mungkin)
Prioritas tinggi (yang kedua, kelas 2, sedang dan segera)
Prioritas rendah (dapat ditunda, kelas 3, ringan dan tidak harus segera dilakukan)
Prioritas menurun (kemungkinan mati dan kelas 4 atau kelas 0)

                  c)     Start Method (Simple Triage And Rapid Treatment)
Pada triase ini tidak dibutuhkan dokter dan perawat, tapi hanya dibutuhkan seseorang dengan pelatihan medis yang minimal. Pengkajian dilakukan kdengan sangat cepat selama 60 detik pada bagian berikut :
1)      Ventilasi / pernapasan
2)      Perfusi dan nadi (untuk memeriksa adanya denyut nadi)
3)      Status neurology

Tujuannya hanya untuk memperbaiki masalah-masalah yang mengancam nyawa seperti obstruksi jalan napas, perdarahan yang massif yang harus diselesaikan secepatnya. Pasien diklasifikasikan sebagai berikut :
      a.  The Walking Wounded
      Penolong ditempat kejadian memberikan instruksi verbal pada korban, untuk berpindah. Kemudian penolong yang lain melakukan pengkajian dan mengirim korban ke rumahsakit untuk mendapat penanganan lebih lanjut
      b.  Critical/ Immediate
      Dideskripsikan sebagai pasien dengan luka yang serius, dengan keadaan kritis yang membutuhkan transportasi ke rumahsakit secepatnya, dengan criteria pengkajian :
respirasi >30x/menit
tidak ada denyut nadi
tidak sadar/kesadaran menurun
      c.  Delayed
       Digunakan untuk mendeskripsikan pasien yang tidak bisa yang tidak mempunyai keadaan yang mengancam jiwa dan yang bisa menunggu untuk beberapa saat untuk mendapatkan perawatan dan transportasi, dengan criteria
        Respirasi <30x/menit
        Ada denyut nadi
        Sadar/ respon kesadaran normal
      d.  Dead
      Digunakan ketika pasien benar-benar sudah mati atau mengalami luka dan mematikan seperti luka tembak di kepala (Departement Emergency Hospital Singapore, 2009).
Sistem klasifikasi pasien yang digunakan, diantaranya :
1)         Traffic director
Dalam sistem ini, perawat hanya mengidentifikasi keluhan utama dan memilih antara status “mendesak” atau “tidak mendesak”. Berdasarkan klasifikasi ini pasien dikirim ke ruang tunggu atau area perawatan akut. Tidak ada tes diagnostik permulaan yang dilakukan sampai tiba waktu pemeriksaan.
2)         Spot check
Pada model ini, perawat mendapatkan keluhan utama bersama dengan data subjektif dan objektif yang terbatas, dan pasien dikategorikan ke dalam salah satu dari tiga prioritas pengobatan berikut ini : “gawat darurat,” “mendesak,” atau “ditunda”. Dapat dilakukan beberapa tes diagnostic pendahuluan, dan pasien ditempatkan di area perawatan tertentu atau di ruang tunggu. Tidak ada evaluasi ulang yang direncanakan sampai dilakukan pengobatan.
3)         Comprehensive
Sistem comprehensive adalah sistem yang paling maju dengan melibatkan dokter dan perawat dalam menjalankan peran triase. Data dasar yang diperoleh meliputi pendidikan dan kebutuhan pelayanan kesehatan primer, keluhan utama, serta informasi subjektif dan ojektif. Tes diagnostic pendahuluan dilakukan dan pasien ditempatkan di ruang perawatan akut atau ruang tunggu. Jika pasien ditempatkan di ruang tunggu, pasien harus dikaji ulang setiap 15 sampai 60 menit (Rea, 1987).
Ada beberapa istilah yang digunakan dalam unit gawat darurat berdasarkan Prioritas Perawatannya, antara lain :
a.      Gawat Darurat (P1)
Keadaaan yang mengancam nyawa/adanya gangguan ABC dan perlu tindakan segera, misalnya cardiac arrest, penurunan kesadaran , trauma mayor dengan perdarahan hebat
b.    Gawat Tidak Darurat (P2)
Keadaan mengangancam nyawa tetepi tidak memerlukan tindakan darurat. Setelah dilakukan resusitasi maka ditindak lanjuti oleh dokter specialis. Misalnya : pasien kanker tahap lanjut, fraktur, sickle cell dan lainya.
c.       Darurat Tidak Gawat (P3)
Keadaan yang tidak mengancam nyawa tetapi memerlukan tindakan darurat. Pasien sadar, tidak ada gangguan ABC dan dapat langsung diberikan terapi definitif. Untuk tindak lanjut dapat ke poliklinik, misalnya: laserasi, fraktur minor/tertutup,sistitis, otitis media dan lainya.
d.      Tidak Gawat Tidak Darurat
Keaadaan yang tidak mengancam nyawa tetapi tidak memerlukan tindakan gawat. Gejala dan tanda klinis ringan/asimptomatis. Misalnya penyakit kulit, batuk, flu, dan sebagainya (ENA, 2001;Iyer, 2004)



DAFTAR PUSTAKA

Fauzanlampoeng.http://www.scribd.com/doc/50079020/sarana-dan-prasarana-fisik-unh-gawat-darurat
STIKBINAHUSADA.2008.http://blogspot.com/2008/12/konsep-dasar-keperawatan-gawat-darurat.html
Iyer, P. 2004. Dokumentasi Keperawatan : Suatu Pendekatan Proses Keperawatan, Jakarta : EGC
Oman, K 2008. Panduan Belajar Keperawatan Gawat Darurat  : Jakarta : EGC
Aninomous,1999. Triage officers course.
Singapore : departement of emergency medicine singapore general hospital
Wikipedia, the free encyclopedia, 2009, triage, (Online), (http://en.wikipedia. org/wiki/triage, Diakses pada tgl 21 Maret 2010).